2 minggu setelah berlalunya ISSOM rd.3 2016 yang lalu (13-15 Mei 2016), saya pun tergoda akan sebuah event motorsport yang belum pernah saya sentuh, photo, dan datangi. Yaitu sebuah event balap gokart yang bernama One Day Course Karting atau ODCK. Bukan sembarang balap gokart seperti biasanya, namun ODCK ini para pembalapnya berisi champ of the champ dari berbagai scene motorsport di Indonesia, mulai dari slalom, touring, drag, speedoffroad, drift, rally, yang akan head to head dengan para jagoan go-kart. Ini adalah seri ke-4 dari semenajak pertama kali diperkenalkan di awal tahun 2016 yang lalu.
Everyday is a new adventure. Dan saya juga termasuk orang yang senang berkenalan dengan dunia yang baru bagi saya, atau bahasa kekiniaannya adalah kepo. Termasuk dunia gokart yang sangat amat baru bagi saya. Inilah 1st date saya dengan balap mobil yang menjadi fundamental atau dasar bagi setiap pembalap top F1 di dunia.
Meet the mini me nya Formula 1. Sebuah mobil roda 4 yang kalo di skala in menjadi 1 :1 alias sama. Dalam urusan harga pun budget yang Anda keluarkan juga ya beti atau beda tipis bahkan sama dengan Anda jika membangun sebuah mobil balap Retro. Dan seperti mainan, Anda harus merangkai sendiri gokart Anda sesuai dengan keinginan dan budget Anda. Mulai dari Chassis yang seharga 60-70 juta rupiah dan ban 1 set nya seharga 3 juta rupiah (4 biji).
Sementara untuk mesinnya sendiri yang 125 cc tak di bandrol seharga 60 juta an alias lebih mahal dari pada mesin 2JZ pada mobil drift Anda, atau Ninja Kawasaki 250cc Anda. Jika di total, ya sediakan saja uang sekitar 150 juta rupiah untuk bisa mengendarai gokart seharga mobil LCGC ini. (Low Cost Green Car).
Yang dimana mesin 2 tak tersebut memakai bensin dengan oktan 95 plus oli samping yang secara kebetulan menggunakan Motul 800 2T, yang memang sering digunakan untuk gokart dan juga road race di Indonesia.
Dan kebetulan juga saya datang di ODCK kali ini dengan M. Herdy dari team B16 AP Speed yang juga ikut di support oleh Motul, Achilles Radial, Perfections Window Film, dan juga Perfourm.com pada balap touring ISSOM (kelas STC 2100)
Tak hanya M.Herdy saja yang saya jumpai di Sentul Karting Circuit itu, termasuk juga Reindy Riupassa dragster, peslalom, dan drifter dari team HTJRT, Eric Montolalu pembalap ABM Motorsport, dan Adi Saksono pembalap GT Radial yang biasanya saya jumpai di ISSOM.
Namun pada hari itu saya malah bertemu dengan seluruh jawara-jawaranya motorsport roda 4 di Indonesia. Terhitung pada hari itu terdapat 40 pembalap yang akan bertarung di 3 kelas yang berbeda. Yaitu ODCK, master dan extra large. Walaupun cuma ajang latihan bersama dan temu kangen sesama pembalap, namun standart timernya menggunakan transponder ala event balap mobil. Disamping itu juga berhadiah uang tunai bagi para pemenang. Pendaftarannya sendiri sejumlah 2,5 juta rupiah (termasuk sewa gokart selama sehari).
Inilah yang terjadi jika ada drifter yang ikut kompetisi. Belum apa-apa sudah melakukan initiate sendiri, yaitu Zharfan dari team HTJRT. Memang dari semua scene motorsport yang ada di dunia ini, para drifter bisa dibilang seorang pembalap sekaligus entertainer. Jika di buat serius o meter, maka para pembalap slalom menempati angka 10 dalam urusan pembalap terserius.
Selamat datang di Sentul Karting Circuit atau orang-orang biasa memanggilnya dengan sebutan Sentul kecil. Sentul kecil ini mempunyai panjang lintasan sepanjang 1,2 km dengan 14 tikungan di dalamnya. Tracknya sendiri berkarakter clockwise atau searah jarum jam. Acara hari itu pun di mulai dengan babak official free practice lalu di dilanjutkan dengan babak QTT atau penyisihan
Biar suasana tidak tegang atau bahkan tambah tegang, panitia pun menyiapakn backsound berupa lagu-lagu disco kekinian yang dimainkan oleh seorang female DJ yang cukup imut dan lucu ini. Namanya? Cukup saya saja yang tahu beserta contactnya.lol
Well, walaupun hanya sebatas gokart namun dalam hal safety dan gear nya sudah seperti balap mobil pada umumnya. And it’s looks cool
Bayangkan saja Anda dari umur 5 tahun, dimana teman-teman Anda sibuk untuk lomba costpaly dengan baju polisi atau tentara di acara pawai memperingati hari Kartini. Anda sudah mulai terbiasa memakai race suit yang someday akan membawa Anda menjadi salah satu pembalap jet darat atau Formula One. Sama seperti pembalap F1 pertama Indonesia, yaitu Rio Haryanto.
Lupakan soal Rio Haryanto sejenak. Mari kita beralih ke clash of titans atau Niki Lauda versus James Hunt nya Indonesia, yaitu Rio SB versus Amandio. Sepertinya what happen in drift stay in drift tidak berlaku lagi bagi 2 pembalap multitalenta ini (slalom, touring, drift, gokart). Pertarungan yang berawal dari drift ini pun pindah ke medan perang gokart.
Dan yang specialnya lagi, buat Anda yang bodynya aduhai alias Extra Large dan merasa terlalu berat untuk bermain Gokart padahal skill level dewa. Jangan kuatir di ODCK dibuka kelas khusus untuk para penjantan tambun ini alias pembalap yang berat badannya diatas 80 kg.
Helm yang digunakan pun relatif sama dengan helm full face yang digunakan oleh balap mobil lainnya. Bedanya mungkin mereka tidak menggunakan HANS (Head And Neck Support Device). Sebagai gantinya mereka menggunakan Karting Neck Collar yang berupa bantalan busa
Satu hal yang membuat saya atau para jurnalis yang meliput event gokart adalah mengenali para pembalapnya, maklum saja nomer start mereka kecil, dan posisinya penempelannya pun kecil, pada objek atau gokart yang kecil pula. Jadi satu-satunya cara untuk mengenali para pembalap tersebut yaitu dari helm mereka. Inilah cikal bakal dari iconic helmet milik sang pembalap terkenal sekelas Niki Lauda, James Hunt, hingga Ayrton Senna.
Dari livery helm mereka yang berbeda-beda dengan ciri khas warna atau desain, dan nama di sampinya, Anda bisa langsung mengenali pem balap tersebut. Dan satu yang pasti livery helm tersebut ditentukan oleh warna dan corak favorit sang pembalap, bendera negara sang pembalap, livery sponsor, atau mungkin kisah unik dibalik livery tersebut. Seperti helm Arai milik M. Herdy yang terdapat bendera Jerman, yang usust punya usut dia mendapatkan helm tersebut ketika menang taruhan pada saat piala dunia sepak bola 2014 dimana Jerman berhasil menjadi juara dunia sepakbola di Brazil.
Sepertinya si The Doctor a.k.a Valentino Rossi sedang melakukan ritula berdoa di hadapan sepeda ontelnya sebelum start di XL class. Karena ini adalah ajang silahturahmi dan juga latih tanding, wajar saja mereka melakukan apapaun untuk bisa tetap have fun and good times all around bersama teman-teman mereka sesama pembalap
Termasuk juga memandangi para race queen ini.
Tapi ketika sudah waktunya mereka masuk ke waiting zone, mereka pun berubah dari Fun mode menjadi Race mode.
Para pembalap pro dari berbagai scene motorsport ini pun mulai tancap gas ketika mereka memulai qtt dengan cara rolling start.
Dari setiap kelas yang dipertandingkan yaitu XL, Master, dan ODCK Class. Meraka akan menjalani race sebanyak 9 lap atau sekitar 10,8 km dari sirkuit sepanjang 1,2 km dengan 14 tikungan di dalamnya.
Jika Sentul besar atau Sentul International circuit terdiri dari 11 tikungan, maka di Sentul kecil atau Sentul International Karting Circuit terdiri dari 14 tikungan yang cukup tricky dan berfariasi mulai dari clockwise hingga anti clock wise (searah jarum jam dan berlawanan jarum jam). Dari 14 tikungan terdapat 2 tikungan yang berkarakter high speed cornering yang dengan kata lain Anda bisa flat out disitu.
Saya yang baru kali ini datang dan liputan di Sentul kecil ini juga bisa bermain gambar indah dengan memanfaatkan backgorund atau lingkungan sekitar area Sentul kecil. Yang pasti di Sentul kecil kita bisa berimprofisasi dan bereksperimen sewaktu mengambil photo.
Yang pasti kita tidak akan menemukan hal-hal seperti ton’s of G-Force attack pada mobil balap lainnya (kecuali open wheel) yang begitu besarnya hingga membuat badan Anda tak kuasa untuk melawan nya. Anda bisa melihat sendiri bagaiman besarnya “the Force” yang dihasilkan oleh mesin 125 cc 2-langkah yang bisa mencapai top speed 150 km/jam ketika melibas sebuah tikungan downhill ini. Rio SB saja mengakui bahwa gokart lebih berat dan melelahkan daripada balap touring karena g-force nya yang kelewat besar, dan harus menggunakan body roll juga ketika menikung. Yang berarti Anda akan dipaksa balapan selama 9 lap atau 10,8 km dengan duduk di kursi yang terbuat dari fiber (keras) yang dimana akan selalu menekan keras punggung dan pinggang Anda selama Anda berbelok (termasuk leher dan kepala Anda). Plus penderitaan Anda tidak akan berhenti sampai situ.
Buat Anda yang jarang berolahraga atau angkat beban, siap-siap saja untuk merasakan tangan Anda berat seperti sedang mengangkat barbel diatas 10kg selama Anda balapan. Lengkap dengan suhu panas dari race suit dan helm Anda. Jika para pembalapnya merasakan siksaan tersebut, saya malah merasakan fun ketika mengambil photo mereka.
Jika beruntung, Anda akan sering melihat gokart mereka melayang ketika menikung
Namun karena ini gokart alias mobil kecil dengan kecepatan tinggi, jadi kadang moment air time ini begitu susah untuk di dapatkan. Apalagi lensa saya sedang rusak pada saat itu. Dari beberapa kali percobaan, hanya 1 ini yang saya dapatkan.
Tapi ketika Anda bisa mendapatkannya, maka akan worth it. Worth it untuk melihat seorang pembalap gokart yang melawan g-force dan understeer dengan bersideways 3 roda saja, bahan 2 roda. Ini lah salah satu fun yang saya temukan ketika memphoto balap gokart.
Dan rasanya seperti memphoto Formula 1, ya secara basic ini adalah TK nya Formula 1, alias setiap pembalap jet balap itu merasakan kerasnya kerasnya jok gokart. Saya pun berkesempatan melihat langsung para pembalap ISSOM atau Touring yang dulunya merupakan jebolan gokart atau veteran gokart, seperti Adi Saksono (depan)
Eric Montolalu ABM Motorsport (depan), dan drifter sekaligus slalom dan speedoffroad Demas Agil (belakang) yang sedang dog fight di kelas Master atau FFA . Ini adalah kelas paling hardcore dari 3 kelas yang dipertandingkan. Karena ini adalah kelas bebas atau Free For All yang berisi para veteran pegokart nasional. Dan yang jelas saingan di depan, belakang , atau samping Anda bukan sembarang pembalap. Mereka adalah pegokart yang sudah mempunyai jam terbang cukup tinggi.
Dimana age does not matter. Alias para pembalap pro akan bertarung dengan pembalap muda yang gejolak kawula muda masih on fire.
Jadi karena sebuah gokart tidak mempunyai 1 pasang spion di kiri dan kanan layaknya sebuah mobil balap, maka Anda harus mengintip atau flirting ke belakang Anda ketika sedang dog fight dengan musuh dibelakang Anda.
Saya juga mendengar dari obrolan para pegokart yang memanfaatkan indera pendengaran untuk mencari tahu posisi pembalap di belakangnya dengan cara mendengar suara raungan mesinnya, yang berguna untuk memblock laju gokart di belakangnya.
Yang namanya motorsport, selalu ada yang namanya shit happen sometimes. Pada kali ini M. Ichsan yang biasanya naik Honda Civic Genio di STC (Super Touring Car 2100) terpaksa harus berhenti di tepi lintasan akibat gokartnya mendadak mati atau mogok di tengah lintasan.
Saya benar-benar jatuh cinta dengan suasana gokart yang sudah seperti balapan open wheel atau F1.
Tapi jika tidak ada trouble atau masalah gokart Anda, Anda bisa melaju atau meraih top step di straightnya hingga mencapai 150 km/jam (rotax max)
Bahkan yang super gearbox dulunya mampu menyetuh 170 km/jam. Tak heran walaupun di tumpangi para pembalap yang berbobot diatas 80 kg, si gokart mampu juga diajak melesat di lintasan, walaupun cc nya hanya 125 cc
Contohnya seperti peslalom dan drifter nasional Dika CH yang mempunyai postur tubuh OMG ini mampu mencatat best timenya 55 detik/lap.
Untuk record holder ODCK sendiri dipegang oleh Feno Reyhan pembalap muda berusia 13 tahun asal kota Jogjakarta, yaitu 53,1 detik. Dan dia adalah the undisputed champion alias juara bertahan di ODCK.
Kelas ODCK atau kelas course karting adalah kelas course kartingnya. Atau kelas yang diperuntukkan untuk para pembalap yang belum pernah balap gokart dalam 1 musim.
Walaupun ini adalah kelas pemula atau anak kemaren sore. Namun battle of the day atau dog fight of the day dan menjadi favorit saya adalah pertarungan antara 2 pro drifter yang kecemplung dalam 1 kelas ini. Dari sirkuit drift dimana mereka selalu bertemu di babak final dan saling door to door, kini perang mereka pindah ke lintasan gokart, dan masih tetap saja dog fight. Amandio yang berada dibelakang Rio SB pun menempel ketat rival utamanya di scene drifting ini secara ketat. Sepertinya kalimat what happen in drift stay in drift tak berlaku disini.
Tapi shit happen sometimes, alias nasib sial menimpa Amandio yang sedang melakukan hot pursuit atau dog fight dengan Rio SB. Gokartnya pun melintir dan berakhirlah sudah dof fight antara 2 rival abadi di scene motorsport ini. Ya ibarat Niki Lauda dan James Hunt. Amandio pun kembali ke pit dengan muka lusuh, ini adalah kekalahannya yang ke-2 dari Rio. Setelah di Driftwar kemaren dia tersingkir di babak penyisihan, sementara Rio melaju hingga menjadi Drift King atau juara 1 Drift War IV kemaren.
Melintirnya Amandio ketika mengejar Rio SB memberikan angin segar bagi pembalap kelahiran Surabaya ini, dia pun berhasil finish dengan tenang tanpa ada lagi pegokart yang sebegitu ngototnya ingin melalui nya. Amandio memang terkenal sebagai drifter yang go hard or go home.
Lupakan soal kehebatan Rio SB dan Amandio, here comes Feno Reyhan pembalap muda berusia 13. Dia adalah juara 1 kelas ODCK pada seri ke-4 ini, sekaligus sebagai sang undisputed champion atau juara bertahan (tak terkalahkan) semenjak seri 1. Feno pun berhasil juga memegang record holder ODCK yaitu 53,1 detik
So ini dia si Feno Reyhan pembalap muda berusia 13 tahun asal kota Jogjakarta yang berhasil mengalahkan para pembalap yang usianya jauh diatasnya. Di podium ke 2 kelas ODCk ada Rio SB, podium ke-3 ada Ildo, podium ke-4 Amandio, dan podium ke-5 Fendi Go.
See ya on another gokart event guys…
Bayu Sulistyo
IG : @bayusulistyoo
*Like us on Perfourm Facebook Fanpage
*Follow us on Instagram: @perfourm
*Hashtags your photo with #PERFOURMMACHINEHEAD, and you can be on Perfourm.com
*Hastags your car project with #BUILDTORACE and #BUILDTOPERFOURM, and you can be on Perfourm.com