Amandio dari ABM Racing Team berhasil membalas kekalahannya dari Luckas Dwinanda (Gazpoll Racing Team) pada race Japan Super Touring Championship di ISSOM Night Race pada bulan Agustus yang lalu. Dimana di seri ini Luckas Dwinanda mempunyai bekal berupa best time 1:42.842 dengan Honda Super Brio nya,yang mana tinggal 2 detik lagi pembalap Gazpoll Racing Team ini masuk ke Holy Land JDM car di Sentul International Circuit. Beberapa pembalap juga terlihat catatan waktunya semakin tajam alias lebih cepat dari personal best timenya di seri seri sebelumnya. Membuat JSTC menjadi race yang kenaikan best timenya dari seri ke seri berjalan sangat progresif alias signifikan dengan hanya bermodal mesin 1600,1800, dan 2000 cc saja.
Pertarungan di Japan Super Touring Championship di mulai pada pagi hari, dimana para crew mulai bekerja mempersiapkan mobi perang para pembalapnya. Seperti Crew R Speed Indonesia yang tampak sedang mempersiapkan sekotak dry ice untuk mengademkan pembalapnya, yaitu Ricky di dalam FD2R nya. Kenyamanan driver adalah faktor terpenting di balapan, terutama di balapan endurance atau ketahanan.Terlebih lagi balapan dalam kondisi cuaca ekstrem atau panas seperti Sentul.
In downforce we trust. Sendi Setiawan pun memperkenalkan aerokit barunya pada seri ke-5 ini dengan menginstalkan custom front bumper dan fender yang sudah melar alias wide body dengan di fokuskan pada air flow untuk mengurangi drag atau gesekan yang berlebihan ketika melaju. Dan membuang dan memanfaatkan udara seefisien mungkin untuk mendinginkan radiator dan rem pada area yang terbuka atau bolong.
Disamping bentuknya yang dibuat seaerodinamis mungkin, custom front bumper dan wide fender ini mempunyai misi atau tugas membuat Send dani si genionya memperoleh best time dengan membuat mobil ini grip di setiap tikungan dengan cara memanfaatkan udara yang melewati custom aerokit terbarunya.
Jika Sendi menggunakan custom Front bumper dan wide fender untuk downforce nya. Maka Alvitto Dwisaputro menggunakan custom front diffuser yang terintegrasi dengan canard, hingga membuat sebuah terowongan yang berfungsi untuk mengalirkan udara ke samping front bumpernya yang mampu membuat bagian depan bodynya menjadi lebih rigid ke lintasan ketika melaju ataupun menikung.
Jika Alvitto dan Sendi sudah mulai untuk fokus pada bagian aerokit atau downforce, maka Tiegan BKRT Wisesa dengan EG6 nya masih berfokus pada sektor mesin dan kaki-kakinya. Dimana mereka masih mempunyai PR di bagian ini setelah beberapa seri sebelumnya selalu digoda oleh masalah mesin dan kaki-kakinya hingga membuat Avan Abdullah sang driver D.N.F atau Did Not Finish.
Terlebih lagi sang driver yaitu Avan Abdullah sedang kondisi dalam tidak fit alias Sakit. Bahkan semalam atau sesaat setelah melakukan QTT Avan langsung tancap gas balik ke hotel dan beristirahat lalu malamnya dibawa ke klinik untuk mendapatkan perawatan supaya besok paginya bisa mengikuti race.
Boys will always be boys, alias namanya seorang pembalap tetep aja bisa bandel walaupun sedang sakit dan habis di infuse tangannya pengen nampol. Terlebih lagi Avan berhasil merebut P1 atau Pole Position di race day dengan best timenya 1:43.797 yang dicetaknya pada saat QTT kemaren (22/9). Itulah yang membuat sang big boss Tiegan BKRT Wisesa sekaligus owner si White Shark Tiegan 008,yaitu Yose, sumringah pada saat race day
Race Japan Super Touring Championship kali ini di ikuti oleh sebanyak 14 pembalap, dimana seharusnya seharusnya ada sebanyak 16 pembalap yang start di race ini, namun ke-2 pembalap tersebut harus D.N.S atau Did Not Start akibat kerusakan pada mesin mobil mereka. Ke-2 pembalap tersebut adalah Angling Kusumo Endriyono dari Harman Motorsport dan Hendra Widjanarko dari Speedy Motorsport.
“Pertarungan di seri ke-5 sangat seru mulai dari barisan depan hingga belakang. Kualitas dan timenya pun pada lebih cepat semua. Tapi saya tetap membuka pintu untuk para pemula atau pembalap lainnya untuk ikut bergabung di JSTC dengan membuka kelas baru yang bisa di ikuti oleh siapa aja baik itu pemula atau pro, yaitu kelas 1600 max dan 1800 max. Dimana kelas ini menggunakan mobil pabrikan yang di produksi di Indonesia dengan batas tahun produksi adalah 1990 (paling tua). Peraturannya simple seperti wajib menggunakan mesin bawaan asli, mesin boleh di modif kecuali mengganti as kruk atau crank shaft dengan batasan oversize piston, gearbox h-patern,dll. Ya mirip dengan race group N atau ITCC (Indonesia Toruing Car Championship) jaman tahun 2000an dulu. Dimana di kelas 1600 max mobil seperti Estilo, Genio, Ferio, Vios, Jazz, Swift, Yaris, Vios, Type Z, Great Corolla, Twincam GTi, Lancer GLXi, Baleno, dll bisa ikut. Sementara di kelas 1800 max mobil seperti Lancer GTi, Mazda Astina, Civic FD1,Corolla Altis, dll bisa bergabung disini. Dimana sosialisasinya dimulai pada seri terakhir atau seri ke-7 ISSOM pada akhir bulan November besok. Dimana beberapa mobil contoh akan ikut di seri terakhir ISSOM 2018, dan ke-2 kelas ini mulai dipertandingkan pada musim balap 2019 besok” terang Ferry Yanto Hongkiriwang selaku promotor JSTC yang juga vice chairman Gazpoll Racing Team ini