Gelaran balap di jalan raya atau street circuit kembali digelar di Indonesia, dan ini adalah ke-3 kalinya jalan raya di kota mandiri BSD City, Tangerang menjadi battle field bagi para pembalap yang berjuang untuk memperebutkan tittle fight atau gelar juara umum dan nasional di masing-masing kelas.
Minggu, 1 Desember 2019 bertempat di track baru yang masih di dalam area BSD City, BSD City GP 2019 pun kembali di gelar dengan track yang masih berbentuk huruf L. Jika dulu 2 kali BSD City GP diadakan di tempat yang sama, maka untuk tahun 2019 yang lalu, street circuit ini move on ke tempat yang baru dimana kiri kanan jalan raya ini masih kosong alias tidak ada tetangga. Sementara sirkuit lamanya sendiri saat ini sudah mulai ramai perumahan. Panjang tracknya sendiri sekitar 3 kilometer dengan lebar lintasan 10-11 meter. Sementara untuk tikungannya terdapat 12 tikungan dengan 3 chicane dan 2 hairpin.
Track yang baru ini sendiri masih berada di daerah yang kosong dan masih di develop oleh sang developer. Jadi sejauh mata memandang yang ada hanya ada lahan kosong yang sedang di uruk dan beberap sopir truck yang sedang berpose di depan truck dobel gardan diesel powa.
So, jika Anda ingin menonton BSD GP 2019 tapi tidak lewat pintu depan (pintu resmi berbayar), alias pintu belakang. Maka Anda harus melakukan offroad dulu membelah lahan yang kosong. Jaraknya dengan perkampungan atau permukiman juga tergolong jauh
Pada BSD GP kemaren saya liputan bersama Riklyasa Imanullah atau nick namenya kipli yang merupakan teman seperjuangan di track balap semenjak tahun 2013. Bahkan saya pun di ditawarkan menginap di rumahnya selagi meliput BSD GP. Thx BRO.
Satu hal yang menggangu aktifitas liputan saya kemaren adalah sepatu baru saya sudah jebol di hari pertama atau pada sesi free practice (Jumat, 30/11). Separu trail yang saya beli di Internet ini mendadak menganga alias mangap pada ujung sepatunya hingga membuat saya harus memakai cable ties atau zipties supaya saya tidak nyeker. Track pada kali itu memang tanah merah yang gersang namun di beberapa bagian terdapat kubangan lumpur yang akan menghisap sepatu Anda ke dalam
Di race Japan Super Touring Championship, dimana sebanyak 5 pembalap rontok sewaktu race. Adalah Imin Barata dari Sigma Speed berhasil finish terdepan atau pertama di JSTC BSD GP 2019 dengan best timenya 1:43.268, meskipun di pertengahan race dia sempat melorot di posisi ke-2. Pembalap senior ini juga berhasil finish terdepan di kelas JSTC 2A
Pada one make race Honda Jazz Speed Challenge, dimana big balls is everything. Saya melihat ada 2 pembalap muda yang flat out dengan style yang nempel tipis atau kasi tipis dengan baja pembatas ataupun ban penanda Chicane. Mereka adalah Ahmad Fadillah Alam atau Fadil dari Fastron Jakarta Ban Racing Team yang memberikan bagaiamna cara balapan street circuit yang benar, kalau bukan menempel sedekat mungkin dengan baja pembatas ketika keluar dari apex. Sayangnya Fadil hanya mampu finish diposisi ke-6 overall, atau ke-2 di kelas Rising Star dengan best timenya 1:48.449
Sementara pembalap muda yang ke-2 adalah M. Nabil Hutasuhut dari MBG Racing. Dimana dia sangat amat mepet atau tipis sekali ketika dia hendak masuk ke chicane ke-2. Berkat skill kasi tipisnya ini, pegokart nasional ini berhasil finish terdepan atau P1 di kelas promotion, dan bertengger di podium pertama di kelasnya. Sementara di overall, Nabil finish di posisi ke-7 overall, dimana dia berhasil mengacak-ngacak para pembalap seniornya yang berada di kelas Rising star dan Master Class.
Helmet. Saya selalu tertarik dan suka dengan safety atau racing gear yang satu ini. Selain fungsinya sebagai pelindung kepala, helm juga berfungsi sebagai identitas atau brand identity kita yang membedakan kita dengan pembalap yang lainnya. Dengan hanya melihat helm dari kejauhan, kita bisa tahu siapa pembalap itu tanpa harus membaca namanya. Tapi dengan catatan, kalo helm Anda sudah diberikan personal livery lho, bukan masih polosan putih. Pada BSD GP 2019 kemaren, sapun tertarik dengan Carbon Impact Helmet yang digunakan oleh pembalap muda Jordan Johan yang merupakan generasi ke-2 dari keluarga balapThe Johans, atau pembalap senior Ismail Johan
Dimana adik dari JJ atau julian Johan ini ditahun 2019 menjadi pembalap pabrikan Toyota Team Indonesia -TRD dengan mempiloti sebuah Toyota Agya pada race Kejurnas ITCR (Indonesia Touring Car Race) di kelas ITCR 1200. Hasilnya? Walaupun terlihat sering melakukan power slide atau FWD drift ketika hendak keluar dari apex, Jordan berhasil finish di posisi ke-2 overall ITCR 1200, sekaligus merebut podium ke-2 di kelasnya dengan best timenya 1:54.322
Sementara Rio SB yang seminggu sebelumnya bersama saya di Sepang International Circuit bersama Rio R. Bramantio, M. Herdy, dan Iwan Sidharta mengikuti balap endurance Sepang 1000 Km. Performanya menurun atau tidak seperti biasanya. Pembalap dari Honda Racing Indonesia yang berhasil membawa masuk tim RR Mozid Racing ke posisi 6 di kelasnya pada Sepang 1000 Km ini, harus puas finish di posisi ke-6 overall juga di kelas master class dengan best timenya 1:47.953. Membuatnya terlempar dari podium 3 besar di Master Class.